Gerakan
Pramuka ibarat kawah candradimuka bagi generasi muda, calon-calon pemimpin masa
depan Indonesia. Masalahnya, bagaimana merevitalisasinya sehingga sesuai dengan
tuntutan zaman.
”BERIKAN aku sepuluh pemuda, bukan seribu generasi tua untuk menggoncangkan dunia!”
Itulah
salah satu moto Bung Karno. Moto itu bermakna dalam terkait strategi Bung Karno
terhadap generasi muda dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda
adalah sosok individu yang kuat, gesit, tahan uji, dan memiliki semangat
menggelora. Di tangan pemuda tangguh negara pun bakal kuat. Sebaliknya,
bilamana generasi muda loyo negara pun bakal rapuh.
Oleh
karenanya, pendidikan dan pembinaan generasi muda amatlah strategis. Karena di
tangan generasi mudalah kelangsungan negara dipertaruhkan. Sesuai Lampiran II
Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 137 Tahun 1987 tentang Gugus Depan,
gerakan Pramuka merupakan salah satu wadah dan usaha pembinaan generasi muda
yang ber-usia 7 sampai 25 tahun dengan menggunakan pendidikan kepramukaan yang
pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan
bangsa, serta masyarakat Indonesia.
Beberapa
prinsip yang diterapkan dalam kegiatan kepramukaan, yaitu: 1) mengandung
unsur-unsur edukatif, 2) mengajarkan hidup sederhana dan sikap mandiri, 3)
prinsip kehormatan dan sistem tanda kecakapan, 4) penerapan sistem among. Bila
ditelaah saksama, kegiatan kepramukaan punya pengaruh signifikan terhadap
pengembangan minat dan bakat juga pembentukan karakter seorang individu.
Metode
pendidikan kepramukaan yang disesuaikan kelompok umur pada hakikatnya merupakan
pola pembinaan generasi muda secara berjenjang dan berkesinambungan untuk
menghasilkan produk berkualitas. Untuk pembinaan kelompok mulai usia siaga
(7-10 tahun), unsur-unsur yang dikedepankan yaitu mendidik cara keluarga yang
sarat kasih sayang dan penuh kegembiraan. Pada usia dewasa, pandega (21-25
tahun), pola pembinaan diarahkan pada situasi di mana anggota pramuka sudah
terlibat dalam konteks kehidupan masyarakat.
Tak
dipungkiri kegiatan-kegiatan kepramukaan turut membentuk karakter individu
berkepribadian tangguh. Materi-materi di lapangan me-merlukan konsentrasi,
kecakapan, keuletan, dan kondisi fisik yang prima. Anggota pramuka pun
dihadapkan pada berbagai situasi dan kondisi, medan dan cuaca berubah, halangan
maupun tantangan lainnya sebagai bentuk tempaan bersifat fisik, serta mental.
Dalam
Kegiatan kepramukaan, unsur edukatif dikembangkan. Ke-giatan mengemas dan
mengikuti acara seminar, perkemahan, renungan suci, muspanitra, atau pelantikan
anggota, mengandung nilai-nilai positif seperti belajar berorganisasi, memupuk
semangat gotong royong, menambah wawasan, melatih kepemimpinan dan memiliki
rasa tanggung jawab. Anggota pun punya keleluasaan dalam berkreasi,
berinspirasi, dan berimajinasi untuk dituangkan dalam kegiatan-kegiatan
kepramukaan yang pada dasarnya pengembangan potensi diri anggota. Tak sedikit
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh dari kegiatan tersebut
yang ber-guna saat terjun ke dalam masyarakat kelak.
Pendeknya,
banyak sekali manfaat positif yang bisa kita raih dari kegiatan pramuka.
Karenanya, revitalisasi terhadap gerakan pramuka sangat penting dilakukan.
Bagaimana pun gerakan pramuka ibarat kawah candradimuka, salah satu wadah
persemaian tunas-tunas generasi bangsa untuk dibina sehingga menghasilkan
generasi yang berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur, beriman dan
bertakwa, cerdas dan terampil, serta kuat dan sehat.
Gerakan Pramuka juga menyiapkan kaum
muda Indonesia untuk mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional,
sosio-intelektual, dan fisik yang kuat sehingga diperoleh generasi unggul yang
berkonstribusi besar bagi kemajuan bangsa ini. Jadi jelaslah siapa yang
menanam, lalu merawat dengan optimal dialah yang berhak menuai hasilnya
